TERJEMAHAN BAHASA

Jumat, 21 April 2017

Puasa dan Tiga Dimensi Hidup Bangsa

Puasa dan Tiga Dimensi Hidup Bangsa Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Oleh: Abdul Basid

Tak terasa kita umat muslim sudah sepekan menunaikan ibadah puasa Ramdhan. Di Indonesia Ramadhan kali ini bisa dibilang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika tahun sebelumnya Ramadhan banyak diwarnai wacana dan pertarungan politik—mulai dari pilkada sampai pilpres—tapi sekarang tidak demikian.

Masih tersimpan di otak penulis pada Ramadhan tahun lalu perbincangan dan perdebatan tentang politik dan isu-isu negara sangat mewarnai Ramadhan, sehingga kayaknya tiada hari tanpa politik waktu itu. Untuk itu, pada Ramadhan kali ini setidaknya benar-benar bisa bibuat refleksi dalam memajukan dan pemperbaiki keadaan bangsa yang baru saja melaksanakan pemilihan presiden.

Banyak kasus dan fenomena negatif yang sedang melanda bangsa Indonesia ini, mulai dari ironi kalangan intelek sampai keadaan politik (baca: pemimpin) kita yang tidak pro rakyat. Terjadinya bom kuningan itu menunjukkan ironi kalangan intelek—karena penulis yakin yang melaukan hal itu bukan orang tidak berikmu—kita yang tentunya tidak dibenarkan agama. Membudayanya fenomena KKN pada wakil rakyat kita dan masih banyaknya angka kemiskinan menunjukkan akan keadaan politik bangsa ini yang tidak pro rakyat.

Melihat keadaan bangsa ini yang telah merdeka 64 tahun, tapi belum tercapai seperti yang tertera pada sila ke-5 yaitu “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Meng
... baca selengkapnya di Puasa dan Tiga Dimensi Hidup Bangsa Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Tangan Yang Diatas

Tangan Yang Diatas Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Bulan ramadhan adalah bulan yang paling di tunggu orang muslim. Bagi Farid, ramadhan tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Mulai dari dia harus hidup sendiri tanpa ibunya yang telah meninggal enam bulan yang lalu, dan sekarang dia harus hidup susah di Jakarta. Baginya tak ada pilihan lain selain merantau ke Jakarta. Di kampungnya tidak ada keluarga ibunya yang peduli padanya. Keluarga ayahnya, dia tidak tahu. Ayahnya saja tidak pernah dia lihat sejak lahir. Ibunya hanya mengatakan jika dia ingin mencari ayahnya ia harus ke Jakarta.

Hidup di Jakarta memang sangat sulit. Segala Pekerjaan telah Farid kerjakan. Mulai dari bekerja sebagai kuli angkut, pelayan warteg sampai jadi buruh bangunan telah dia lakukan, tapi itu masih tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Suasana pagi Jakarta yang ramai, penuh banyak mobil yang terjebak macet, yang di dalamnya terlihat orang-orang kaya berdasi ingin menuju ke kantornya, membuat Farid merenungi nasibnya.
“Apakah aku bisa seperti mereka? kapan itu bisa terjadi? andai…”.
Lamunan Farid terhenti oleh suara beberapa pengamen yang mengamen di salah satu mobil yang terjebak kemacetan. Suara mereka tidak bagus tetapi mereka
... baca selengkapnya di Tangan Yang Diatas Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1